labels

Rabu, 11 September 2013

RITTBKR: sebuah cinta yang tak terucap



cinta, sayang, cinta suamiku

Senja itu, aku memilih duduk di teras. Memandang hampa sudut temu langit pada bumi. Hiruk pikuk sepekan ini telah reda. Hanya pembantu yang masih sibuk membersihkan dan menata ulang ruangan.

Anak-anak sedang istirahat dari kelelahan mereka. Pekan ini telah begitu menguras air mata mereka, air mataku juga. Ayah mereka telah pergi. Kembali ke Penciptanya.

Sedih, sunyi, kosong.
Tiba-tiba terdengar suara pembantu tepat di belakangku, "Bu, saya nemu kertas-kertas lagi!"
Kuambil kertas-kertas karton tak beraturan itu, "Darimana kamu dapat?"
"Di ruang tengah Bu, jadi ganjal-ganjal kursi."

Aku tersenyum. Entah kali keberapa kami menemukan kertas atau benda dengan tulisan aneh di tempat yang tidak biasa di rumah ini. Anak-anak dan pembantu sudah kuminta untuk menyerahkan padaku apabila menemukan benda-benda semacam itu.

Di atas meja, kutata kertas-kertas yang menyerupai puzzle itu. Tidak terlalu sulit.
Gambar 'rahasia' itu pun terlihat jelas. Gambar jantung hati pink dengan kata 'RITTBKR' di tengahnya.

Kemarin, tetangga yang membantu menemukan gelas-gelas yang jarang kami pakai ditulisi dengan spidol.
Tepatnya ada tujuh gelas, berturut-turut dengan huruf-huruf 'R','I','T','T','B','K', dan 'R' di alasnya.

'RITTBKR' mungkin tidak berarti bagi orang lain, tetapi bagiku itu adalah ekspresi cinta. Suamiku bukan orang yang romantis. Susah sekali baginya untuk memanggilku dengan kata "sayang", atau mengucapkan "I love you", atau memberi hadiah bunga mawar sebagaimana suami-suami yang lain.

Ia suka ngeyel. Alasannya, orang Banyumas seperti dia itu memang berbakat tidak romantis. "I love you" katanya, kalau diterjemahkan dalam bahasa Banyumas menjadi "Inyong tuli tresna banget karo rika!".
Dengan logat Banyumas, kalimat itu makin menjadi tidak romantis. Begitu eyelnya suatu ketika.

Maka ia tetap nekad sulit bilang "I love you" atau semacamnya. Setiap didesak, ia memilih bilang, "Ya udah, RITTBKR ya!"
R adalah inisialku, I adalah 'inyong', bisa pula inisialnya, sementara sisanya adalah singkatan dari "tuli tresna banget karo rika". Tetap tidak romantis memang. Tapi itulah pasangan hidupku.

Lisannya mungkin sulit untuk romantis, tetapi kutahu jemarinya jauh lebih terampil berbicara cinta. Acap kali kuminta ia untuk memijatku, ia mendahuluinya dengan menuliskan 'RITTBKR' dengan jarinya di punggungku. Ia suka menyelipkan potongan kertas dengan tulisan "RITTBKR" di dalam tas kerjaku, di sela-sela buku kuliahku, atau di dalam sepatu dan kauskakiku.

"Ibu, ini ada kertas lagi," angsur pembantuku. 'RITTBKR' tebakku. Oh bukan, tetapi tulisan "wolframalpha.com: polar r=(sin(t)*sqrt(abs(cos(t))))/(sin(t) + 7/5) -2*sin(t) + 2".
Segera kuambil laptop, buka browser.
Dan aku kembali tersenyum. "Ya suamiku, I love you too," ujarku lirih.

***

Hari-hari berikutnya adalah hari penemuan harta karun sandi-sandi cinta. Putri sulungku menemukan tulisan "lovemedia.tumblr.com" di bawah termos. Situs yang penuh gambar hati dan bayi lucu.

Anak keduaku menemukan tulisan "facebook/rittbkr". Kubuka, dan hanya kutemukan akun yang sepi, yang halaman pertamanya masih meminta untuk mengundang kontak emailnya menjadi teman di facebook. Hanya satu status: "Facebook, kuhargai permintaanmu. Tetapi bagiku, teman hidupku cukuplah dia. RITTBKR."
Aku tersenyum.

Si bungsu menemukan akun twitter, apalagi kalau bukan rittbkr. Kali ini aku berkaca-kaca. Akun itu penuh dengan ungkapan-ungkapan cintanya yang penuh rahasia. Meski tidak ada satu pun follower-nya, meski tidak ada yang mengikuti hashtag #rittbkr, meski tidak ada yang retweet (RT).
Kutahu hashtag-nya tidak akan pernah sekalipun menjadi 'trending topics' bagi twitter, tapi ia adalah 'trending topics' bagiku. Selamanya.

Tiba-tiba kusadar, ia telah merajalelakan cintanya melalui dunia maya. Bergegas, browserku kuarahkan ke Google. Sedikit berharap 'RITTBKR' menjadi Google Doodle, menggantikan logo asli Google.
Ah ternyata tidak. Aku tersenyum. Kumasukkan 'RITTBKR' di kolom pencari.
Search!

Kata aneh semacam itu hanya memberikan beberapa hasil di Google.
Di Google Map, ada 'RITTBKR' di titik tempat kami menikah dahulu.
Di Youtube, kutemukan satu video 'RITTBKR'. Tampak seorang lelaki yang ganteng tetapi konyol sedang berbusa-busa bicara cinta.
Aku tersenyum.
Di Flickr, kutemuka akun yang berisi gambar lelaki ganteng yang sama, sedang menuliskan "RITTBKR" di pasir pantai, membuat susunan tulisan "RITTBKR" dari ranting, dan foto-foto konyol serupa itu.
Ah, lelaki itu tidak menyerah juga dengan cintanya.

Terakhir, aku mencari di ebay.
Saat kutemukan ada orang yang menjual potongan kertas dengan "RITTBKR" di atasnya seharga $1000.
Ku-klik, muncul keterangan tentang tidak ada yang boleh membelinya kecuali seseorang sahaja.
Kutahu, itu diriku.

***

Selepas itu, tentu masih ada saja yang kutemukan.
Ia serasa masih bersamaku dan sedang bermain-main dengan harta karun cintanya "RITTBKR".

Pada senja yang sama di teras yang sama, lima tahun berikutnya.
Seseorang tampak datang membawa surat, dari Australia.
Kubuka surat dalam bahasa Inggris itu, terjemahannya,

"Kami menemukan botol yang berisi kertas yang terbungkus plastik ini yang mengapung di dekat yacht kami. Isinya tentu saja sesuatu yang kami yakin sangat berarti buatmu. Kami mengirimkannya kepadamu.
PS: Tampaknya isinya sesuatu yang amat romantis."

Kubuka plastik itu, dan ...
"RITTBKR, lihat, aku tidak menyerah bukan? ;-)
:7488257"
·         Facebook.com/imron rosyadi/note

Tidak ada komentar:

Posting Komentar