labels

Rabu, 11 September 2013

Dimanakah Sa’labah sekarang?



sa'labah

Ada seorang yang miskin yang hidup di zaman Rasulullah SAW, Sa’labah namanya. Suatu saat dia datang kepada Rasulullah SAW meminta didoakan agar ia memiliki kekayaan, namun Rasul menolaknya dan menyarankan agar ia hidup selayaknya Rasulullah SAW menjalani hidup.
Namun Sa’labah tetap memohon agar Rasulullah mendoakannya, dengan alasan bukankah dengan harta kekayaan ia dapat menjadi jalan penolong bagi orang lain yang membutuhkan? Sebuah alasan yang sampai kini biasa kita dengar.

Kemudian Rasulullah SAW mendoakannya. Sa’labah pun kemudian memiliki usaha ternak yang ia jalankan. Semakin hari semakin bertambah ternak-ternak Sa’labah, dan semakin sibuk pulalah ia. Ia tak pernah lagi terlihat shalat berjama’ah bersama Rasulullah, ia pun tak hadir dalam shalat Jum’at, dan juga ketika shalat
jenazah.

Suatu hari, Rasulullah meminta sahabat Nabi untuk menarik zakat dari Sa’labah. Namun,apa yang terjadi? Sa’labah pun menolak mentah-mentah utusan Nabi itu. Lalu disampaikannyalah kasus Sa’labah tersebut kepada Nabi. Dan..Nabi bersabda “Celakalah Sa’labah!”..Nabi murka..dan Allah pun murka. Maka turunlah ayat yang keras mengenai hal itu.

“Dan diantara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: ‘Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah
kami termasuk orang-orang yang saleh’.

Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebagaian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan
karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi kebenaran.

Maka Allah menimbulkan kemunafikan dalam hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan
kepada-Nya dan juga karena mereka selalu berdusta.

Tidakkah mereka tahu bahwasanya Allah mengetahui rahasia dan bisikan mereka, dan bahwasanya Allah amat mengetahui segala yang ghaib?”


{Q.S.At Taubah 75-78}

Ketika  Sa’labah tahu ada ayat turun mengecam dirinya, segeralah ia datang kepada Rasul  menyerahkan zakatnya. Namun, Nabi menolak dan bersabda ‘Allah telah melarangku menerimanya’. Maka menangis tersedu-sedulah ia.

Ketika Rasulullah telah wafat, Sa’labah mendatangi para sahabat Nabi untuk menyerahkan zakatnya, namun mereka pun menolak menerimanya. Hingga sampailah Sa’labah pada ajalnya.

Pertanyaannya adalah… Dimanakah Sa’labah sekarang? Bukankan kita pun meminta pada Allah dengan
linangan air mata agar diberikan sebagian harta? Namun, apakah kita telah  memenuhi kewajiban kita dengan semua yang telah Allah berikan? Bukankah dengan segala kesibukan kita lalai dari mengingat Allah? Bukankah dengan meeting-meeting kita tinggalkan shalat? Bukankah dengan segala kebutuhan pribadi, kita lupakan memberi orang lain? Jangan-jangan Sa’labah itu adalah kita, yang jasadnya telah tiada tapi kemunafikannya tetap bersemayam dalam diri. Jangan-jangan ayat yang turun itu adalah mengecam kita? Sadarkah diri ini….?





1 komentar:

  1. Coba bandingkan cerita diatas dengan link berikut :
    https://almanhaj.or.id/2262-meluruskan-cerita-tentang-tsalabah-bin-haathib.html

    Semoga 4JJ SWT mengampuniku, Aamiin.

    BalasHapus