Social Icons

labels

Featured Posts

Sabtu, 21 Mei 2016

SEPERTI APA DIRIMU WAHAI SUAMI, SEPERTI ITU JUGALAH ISTRIMU



    Seorang teman merasa istrinya semakin lama semakin egois dan kasar. Karena itu, mereka bertengkar setiap hari. Saking seringnya bertengkar, lelaki ini memiliki selingkuhan. Akhirnya, mereka bercerai dan sang suami menikah lagi dengan selingkuhannya. Sang mantan istripun tak lama kemudian menikah lagi.

Mereka masih belum dikaruniai anak. pernikahan baru keduanya masing masing berjalan dengan sangat lancar. Tetapi setelah menikah, istri baru dari lelaki ini semakin lamapun kelembutannya semakin pudar. Rumah tangga mereka berakhir sama seperti yg dulu, sedikit sedikit bertengkar.
Istri barunya bahkan tidak mau mengerjakan pekerjaan rumah, teman saya terpaksa membersihkan rumah sendiri. Teman saya merasa nasib dia tidak baik, mengapa ia selalu memilih istri yg kurang baik, setiap hari ia mengeluh.
Sampai suatu hari, di suatu acara makan malam ia secara kebetulan bertemu dengan suami baru mantan istrinya. Pada awalnya kedua lelaki ini tidak berbicara apa apa, tetapi setelah saling menyapa merekapun minum bersama. Akhirnya teman saya tak bisa menahan diri lagi dan bertanya bagaimana keadaan rumah tangga mereka. Suami baru mantan istrinya ini tidak tampan, tetapi sangat teliti dalam berbicara.

Ia berkata, “Istri saya adalah wanita yg sangat hebat, sangat perhatian dan lembut, ia mengerjakan seluruh pekerjaan rumah tanpa mengeluh. Juga sangat menyayangi saya, ia selalu bersikap baik ke orangtua, saudara, dan teman teman saya. Saatnya jujur dia akan jujur, saatnya butuh perhatian, dia akan memberi perhatian penuh. Wanita seperti ini, sudah sedikit sekali.”

Teman saya setelah mendengarnya merasa bingung, dan berpikir apa dia memang sebaik itu?. Mengapa dulu dia sama sekali tidak menyadarinya?. Pasti ini semua cuma bualan suami baru istrinya ini untuk membuat saya bingung. Tak lama kemudian, kebetulan sekali, teman saya pergi berbelanja ke supermarket dan melihat mantan istri dan suami barunya sedang berbelanja.
Ia bersembunyi di samping dan memperhatikan, akhirnya ia menyadari pasangan itu benar benar bahagia. Kebahagian itu bisa ia lihat dari senyuman mantan istrinya yg selalu bermekaran. Juga bisa dilihat dari pelukan lembut yg diberikan oleh lelaki di sampingnya itu.
Sebenarnya, di bermacam situasi, istri berubah menjadi malaikat atau berubah menjadi nenek sihir, semua tergantung pada lelaki.
Didetik wanita memutuskan untuk menikah, ia juga memutuskan untuk menjalani hidup dengan baik bersama suaminya. Walaupun dalam pernikahan, kesabaran merupakan suatu kebajikan, tetapi jika ada cinta maka ada toleransi.
Saat anda merasa tidak puas dengan wanita anda, wanita pun tidak peduli lagi.

Jadi, jika anda menginginkan wanita baik seperti malaikat, terlebih dahulu perlakukan dia sebagai malaikat.
Karena semua wanita di dunia yang sudah menjadi “istri seseorang” memiliki potensi menjadi malaikat.
Saat anda bisa melakukannya dengan baik, anda akan menyadari bahwa perubahan sikap anda dapat membentuk sesosok malaikat yg sempurna.

Cinta wanita muncul karena kasih sayang pria, Kebencian wanita muncul karena kebohongan pria; Keluhan wanita muncul karena kedinginan pria. Kebahagiaan wanita muncul karena kehangatan pria. Kecantikan wanita muncul karena dimanjakan pria. Kerusakan wanita adalah hutang pria.

Wanita adalah sebuah piano, jika bertemu dengan seorang pianis handal, suara yg dihasilkan adalah lagu kelas dunia, jika dimainkan oleh orang biasa, maka akan menghasilkan lagu pop, tetapi apabila dimainkan oleh orang sembarangan, pasti tidak akan membentuk sebuah lagu.

Jumat, 20 Mei 2016

Masihkah Pantas Meminta 'Udzur di Jalan Ini ?

Meminta Udzur di Jalan Ini



Tidakkah engkau tahu anakku, segala ‘udzur telah dihapus dengan firmanNya, “Berangkatlah dalam keadaan ringan ataupun berat !” ?” -Abu Ayyub Al Anshari, Radhiyallaahu ‘Anhu-

Di buku "Saksikan Bahwa Aku Seorang Muslim", pernah dikisahkan tentang Ibnu Taimiyah. Dia yang selalu dipasang di garis depan, menjadi pejuang pengobar semangat ketika serbuan Mongol bergemuruh menerjang Damaskus. Dan dialah juga yang tiap kali tugas jihad itu usai harus bersetia kembali menghuni selnya di penjara kota.

Tetapi jeruji-jeruji tak menghentikannya. Disaksikan besinya yang berkarat dan temboknya yang berlumut dia ucapkan kekatanya yang menyejarah. “Apa yang mereka lakukan padaku? Jiwaku merdeka dalam genggaman Allah. Jika aku dipenjara, jadilah ia rehat. Jika dibuang jadilah ia tamasya. Jika dibunuh, apalagi yang lebih kurindukan selain menemui Allah?” Penjara tak menghentikannya. Ia tetap berkarya. Saat tinta, kertas, dan pena dijauhkan darinya, ditulisnya Risalatul Hamawiyah di dinding penjara dengan arang sisa perapian. Dan dunia pun menjadi saksi, bahwa jiwanya telah menari di atas semua batas, merayakan pengabdian yang hanya ia tujukan pada Allah sepanjang hidupnya.

Izinkan kali ini saya hadirkan seorang lagi yang menari di atas batas. Namanya Muhammad ibn ‘Ali. Tapi orang akan lebih mengangguk tanda kenal jika disebut nama Muhammad ibn Al Hanafiyah. Ini menisbat pada ibunya, seorang wanita dari Bani Hanifah. Ya, ayahandanya adalah ‘Ali ibn Abi Thalib, radhiyallaahu ‘anhu. Tapi ibundanya bukanlah Fathimah. Artinya, dia bukan berasal dari garis turun langsung Sang Nabi, Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam.

Satu saat seseorang mempermasalahkan pembedaan yang dilakukan atas dirinya dibanding kedua kakandanya, Al Hasan dan Al Husain. “Tidakkah kau lihat”, kata orang itu, “Ayahmu lebih mencintai Al Hasan dan Al Husain dibanding dirimu ?

 “Duh, jangan katakan begitu kawan !”, jawabnya kalem. “Al Hasan dan Al Husain bagaikan dua mata bagi ayahku. Sedang aku ini bagaikan kedua tangannya.” Senyumnya mengembang, manis sekali. “Adalah tugas kedua tangan”, lanjutnya, “Untuk menjaga kedua mata.” Dan memang begitulah kehidupannya, diabdikan untuk menjaga kedua kakandanya hingga batas waktu yang telah Allah tetapkan. Hingga, Al Hasan wafat dan Al Husain pun gugur dalam kisah yang terlalu pedih untuk kita ceritakan.

Dendamkah Muhammad ibn Al Hanafiyah pada keluarga besar yang telah menzhalimi keluarganya itu; Bani Umayyah ? Secara manusiawi tentu jawabnya ya. Apalagi rasa pedih itu kadang muncul di saat seharusnya ia tunduk khusyu’ dan mentaati wasiat taqwa. Masa itu, hampir tak ada khuthbah Jum’at yang melewatkan pujian untuk Mu’awiyah sekeluarga sekaligus cacian untuk ‘Ali, ayahandanya. Seakan, mengumpat ‘Ali ibn Abi Thalib adalah bagian dari rukun khuthbah.

Tetapi orang-orang kemudian tertakjub ketika ia memenuhi panggilan jihad yang diserukan Yazid ibn Mu’awiyah, orang yang paling bertanggungjawab atas pembantaian Al Husain sekeluarga. “Layakkah orang seperti itu ditaati?”, tanya orang-orang. “Memangnya ada apa dengannya?” “Dia meninggalkan shalat, meminum khamr, dan jauh dari hukum Allah!” “Aku tidak melihat itu ketika membersamainya. Dia menunaikan shalat, cenderung pada kebajikan, dan bertanya tentang Al Quran juga sunnah RasulNya.”

Dia hanya berpura-pura di hadapanmu!” “Apakah yang ditakutkannya atasku hingga harus berpura-pura? Dan jika kalian memang melihatnya melakukan semua itu, mengapa dia tidak berpura-pura pada kalian? Apakah kalian semua ini sahabat akrabnya yang ingin menjebakku?

Mereka terdiam. Saling pandang. Lalu berkata lagi, “Bukankah Bani Umayyah yang telah menzhalimi keluargamu hingga binasa dan curas? Apa yang akan kau katakan di hadapan Allah dan di hadapan ayahmu, juga saudara-saudaramu, jika kini kau berperang di bawah panji-panji Bani Umayyah?

Muhammad ibn Al Hanafiyah tersenyum. “Ayahku kini membersamai Rasulullah di surga tertinggi, sementara saudara-saudaraku adalah penghulu para pemuda di sana. Kezhaliman Bani Umayyah adalah urusan mereka dengan Allah. Urusanku kini adalah berjihad di jalan Allah dan mentaati Ulil Amri.”

Begitulah. Tak mudah menjadi seorang Muhammad ibn Al Hanafiyah. Ada kendala-kendala, ada batas-batas yang membuatnya terhalang untuk memberikan pengabdian. Batas-batas itu bukan hanya ada di dataran raga, tapi jauh di sana, di dalam jiwanya. Dan kini jiwanya menari di atas batas, merayakan pengabdian yang sepanjang hidup ia tujukan untuk Allah.

Memaknai batas kadang memberi kita permakluman untuk mengambil ‘udzur. Selalu ada pembenaran atas setiap langkah mundur yang kita ambil. Selalu ada alasan untuk berlama-lama di tiap perhentian yang kita singgahi. Tetapi di jalan cinta para pejuang, para kstaria agung itu bertanya pada hati. Dan mereka menemukan jawab yang membuat jiwa menari di atas batas, meski jasad harus bersipayah mengimbanginya.

‘Amr ibn Al Jamuh, lelaki pincang dari Bani Najjar itu diminta rehat ketika hari Uhud tiba. “Dengan kaki pincangku inilah”, katanya, “Aku akan melangkah ke surga!” Jiwanya menari di atas batas, dan Sang Nabi di hari Uhud bersaksi, “Ia kini telah berada di antara para bidadari, dengan kaki yang utuh tak pincang lagi!

Dengan nikmat Allah yang begitu besar atas jiwa dan raga ini, apa yang harus kita katakan pada ‘Amr ibn Al Jamuh, Ahmad Yassin, dan orang-orang semisal mereka saat kita disaput diam dan santai ? Dengan kemudaan ini, berkacalah kita pada Abu Ayyub Al Anshari yang di usia delapan puluh tahunnya bergegas-gegas ke Konstantinopel, menjadikan pedangnya sebagai tongkat penyangga tubuh sepanjang jalan. Dan apa jawab kita saat kita ingatkan bahwa ia punya ‘udzur, tapi justru dia bertanya sepenuh cinta, “Tidak tahukah engkau Nak, bahwa ‘udzur telah dihapus dengan firmanNya, ‘Berangkatlah dalam keadaan ringan maupun berat!’


Perjalanan Rasulullah SAW ke Surga Bersama Dua Tamunya

Rasul dan tamunya

   Di suatu pagi hari, Rasulullah SAW bercerita kepada para sahabatnya, bahwa semalam beliau didatangi dua orang tamu. Dua tamu itu mengajak Rasulullah untuk pergi ke suatu negeri, dan Rasul menerima ajakan mereka. Akhirnya mereka pun pergi bertiga.

Ketika dalam perjalanan, mereka mendatangi seseorang yang tengah berbaring. Tiba-tiba di dekat kepala orang itu ada orang lain yang berdiri dengan membawa sebongkah batu besar. Orang yang membawa batu besar itu dengan serta merta melemparkan batu tadi ke atas kepala orang yang sedang berbaring, maka remuklah kepalanya dan menggelindinglah batu yang dilempar tadi. Kemudian orang yang melempar batu itu berusaha memungut kembali batu tersebut. Tapi dia tidak bisa meraihnya hingga kepala yang remuk tadi kembali utuh seperti semula. Setelah batu dapat diraihnya, orang itu kembali melemparkan batu tersebut ke orang yang sedang berbaring tadi, begitu seterusnya ia melakukan hal yang serupa seperti semula.

Melihat kejadian itu, Rasulullah bertanya kepada dua orang tamu yang mengajaknya, “Maha Suci Allah, apa ini?”
“Sudahlah, lanjutkan perjalanan!” jawab keduanya.

Maka mereka pun pergi melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan, mereka mendatangi seseorang lagi. Orang tersebut sedang terlentang dan di sebelahnya ada orang lain yang berdiri dengan membawa gergaji dari besi. Tiba-tiba digergajinya salah satu sisi wajah orang yang sedang terlentang itu hingga mulut, tenggorokan, mata, sampai tengkuknya. Kemudian si penggergaji pindah ke sisi yang lain dan melakukan hal yang sama pada sisi muka yang pertama. Orang yang menggergaji ini tidak akan pindah ke sisi wajah lainnya hingga sisi wajah si terlentang tersebut sudah kembali seperti sediakala. Jika dia pindah ke sisi wajah lainnya, dia akan menggergaji wajah si terletang itu seperti semula. Begitu seterusnya dia melakukan hal tersebut berulang-ulang.

Rasulullah pun bertanya, “Subhanallah, apa pula ini?”
Kedua tamunya menjawab, “Sudah, menjauhlah!”

Maka mereka pun kembali melanjutkan perjalanan. Selanjutnya mereka mendatangi sesuatu seperti sebuah tungku api, atasnya sempit sedangkan bagian bawahnya besar, dan menyala-nyala api dari bawahnya. Di dalamnya penuh dengan jeritan dan suara-suara hiruk pikuk. Mereka pun melongoknya, ternyata di dalamnya terdapat para lelaki dan wanita dalam keadaan telanjang. Dan dari bawah ada luapan api yang melalap tubuh mereka. Jika api membumbung tinggi mereka pun naik ke atas, dan jika api meredup mereka kembali ke bawah. Jika api datang melalap, maka mereka pun terpanggang.

Rasulullah kembali bertanya, “Siapa mereka?”
Kedua tamunya menjawab, “Menjauhlah, menjauhlah!”

Akhirnya mereka kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini mereka mendatangi sebuah sungai, sungai yang merah bagai darah. Ternyata di dalam sungai tadi ada seseorang yang sedang berenang, sedangkan di tepi sungainya telah berdiri seseorang yang telah mengumpulkan bebatuan banyak sekali. Setiap kali orang yang berenang itu hendak berhenti dan ingin keluar dari sungai, maka orang yang ditepi sungai mendatangi orang yang berenang itu dan menjejali mulutnya sampai ia pun berenang kembali. Setiap kali si perenang kembali mau berhenti, orang yang di tepi sungai kembali menjejali mulut si perenang dengan bebatuan hingga dia kembali ke tengah sungai.

Rasulullah pun bertanya, “Apa yang dilakukan orang ini?!”
“Menjauhlah, menjauhlah!” jawab kedua tamunya.

Maka mereka pun melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan kali ini, mereka mendapatkan seseorang yang amat buruk penampilannya, sejelek-jeleknya orang yang pernah kita lihat penampilannya, dan di dekatnya terdapat api. Orang tersebut mengobarkan api itu dan mengelilinginya.

“Apa ini?!” tanya Rasulullah
“Menjauhlah, menjauhlah!” jawab kedua tamunya.

Lalu mereka melanjutkan perjalanan lagi. Dalam perjalanan mereka menemukan sebuah taman yang indah, dipenuhi dengan bunga-bunga musim semi. Di tengah taman itu ada seorang lelaki yang sangat tinggi, hingga Rasulullah hampir tidak bisa melihat kepala orang itu karena tingginya. Di sekeliling orang tinggi itu banyak sekali anak-anak yang tidak pernah Rasul lihat sebegitu banyaknya.

Melihat itu, Rasulullah kembali bertanya, “Apa ini? Dan siapa mereka?”
Kedua tamunya menjawab, “Menjauhlah, menjauhlah!”

Maka mereka pun pergi berlalu. Lalu mereka menyaksikan sebuah pohon yang amat besar, yang tidak pernah Rasul lihat pohon yang lebih besar dari ini. Pohon ini juga indah. Kedua tamu Rasul berkata, “Naiklah ke pohon itu!”

Lalu mereka pun memanjatnya. Rasul dituntun menaiki pohon dan dimasukkannya ke dalam sebuah rumah yang sangat indah yang tak pernah Rasul lihat seumpamanya. Di dalamnya terdapat lelaki tua dan muda. Lalu mereka sampai pada sebuah kota yang dibangun dengan batu bata dari emas dan perak. Mereka mendatangi pintu gerbang kota itu. Tiba-tiba pintu terbuka dan mereka memasukinya. Mereka disambut oleh beberapa orang, sebagian mereka adalah sebaik-baik bentuk dan rupa yang pernah kita lihat, dan sebagiannya lagi adalah orang yang seburuk-buruk rupa yang pernah kita lihat. Kedua tamu yang bersama Rasulullah berkata kepada orang-orang itu, “Pergilah, dan terjunlah ke sungai itu!”

Ternyata ada sungai terbentang yang airnya sangat putih jernih. Mereka pun segera pergi dan menceburkan dirinya masing-masing ke dalam sungai itu. Kemudian mereka kembali kepada Rasululullah dan dua tamunya. Kejelekan serta keburukan rupa mereka tampak telah sirna, bahkan mereka dalam keadaan sebaik-baik rupa!

Lalu kedua orang tamu Rasulullah berkata, “Ini adalah Surga ‘Adn, dan inilah tempat tinggalmu!”
“Rumah pertama yang kau lihat adalah rumah orang-orang mukmin kebanyakan, adapun rumah ini adalah rumah para syuhada’, sedangkan aku adalah Jibril dan ini Mika’il. Maka angkatlah mukamu (pandanganmu).”

Maka mata Rasulullah langsung menatap ke atas, ternyata sebuah istana bagai awan yang sangat putih. Kedua tamu Rasulullah berkata lagi, “Inilah tempat tinggalmu!”
Rasulullah berkata kepada mereka, “Semoga Allah memberkati kalian.”
Kedua tamu itu lalu hendak meninggalkan Rasulullah. Maka Rasulullah pun segera ingin masuk ke dalamnya, tetapi kedua tamu itu segera berkata, “Tidak sekarang engkau memasukinya!” [1]

“Aku telah melihat banyak keajaiban sejak semalam, apakah yang kulihat itu?” tanya Rasulullah kepada mereka.

Keduanya menjawab, “Kami akan memberitakan kepadamu. Adapun orang yang pertama kau datangi, yang remuk kepalanya ditimpa batu, dia itu adalah orang yang membaca Al Qur’an tetapi ia berpaling darinya, tidur di kala waktu shalat fardhu (melalaikannya). Adapun orang yang digergaji mukanya sehingga mulut, tenggorokan, dan matanya tembus ke tengkuknya, adalah orang yang keluar dari rumahnya dan berdusta dengan sekali-kali dusta yang menyebar ke seluruh penjuru. Adapun orang laki-laki dan perempuan yang berada dalam semacam bangunan tungku, maka mereka adalah para pezina. Adapun orang yang kamu datangi sedang berenang di sungai dan dijejali batu, maka ia adalah pemakan riba. Adapun orang yang sangat buruk penampilannya dan di sampingnya ada api yang ia kobarkan dan ia mengitarinya, itu adalah malaikat penjaga neraka jahannam.
Adapun orang yang tinggi sekali, yang ada di tengah-tengah taman, itu adalah Ibrahim AS. Sedangkan anak-anak di sekelilingnya adalah setiap bayi yang mati dalam keadaan fitrah.”
Lalu di sela-sela penyampaian cerita ini, para sahabat bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, bagaimana dengan anak orang-orang musyrik?”
Rasulullah menjawab, “Dan anak orang-orang musyrik.”

Lalu Rasulullah SAW melanjutkan ceritanya.
Adapun orang-orang yang sebagian mukanya bagus, dan sebagian yang lain mukanya jelek, mereka itu adalah orang-orang yang mencampuradukan antara amalan shalih dan amalan buruk, maka Allah mengampuni kejelekan mereka. []
Maraji’: Riyadhush Shalihin


_______________
Catatan kaki:

[1] Dalam hadits riwayat Bukhari lainnya, dikisahkan bahwa kedua tamu Rasulullah itu mengatakan kepada Rasulullah SAW, “Kamu masih memiliki sisa umur yang belum kamu jalani, jika kau telah melaluinya maka kau akan masuk rumahmu.” (HR. Bukhari)

Jumat, 27 November 2015

Nabi Musa dan Fir'aun



Setelah Musa menetap di Madyan kurang lebih 10 tahun, hatinya mulai rindu dengan kampung halamannya, maka Ia pun berazam kembali ke negeri Mesir bersama keluarganya dan anak-anaknya. Di tengah perjalanan dan di tengah kegelapan malam yang dingin, sementara isterinya dalam keadaan hamil tua dan lemah fisiknya. Nabi Musa merasa bingung menghadapi hal ini, pandangannya menerawang ke atas langit berharap ada sesuatu yang dapat mengeluarkannya dari lingkaran kebingungannya, kemudia Ia melihat disamping bukit ada secercah cahaya yang disangkanya api :

9.  Apakah Telah sampai kepadamu kisah Musa?
10.  Ketika ia melihat api, lalu berkatalah ia kepada keluarganya: "Tinggallah kamu (di sini), Sesungguhnya Aku melihat api, Mudah-mudahan Aku dapat membawa sedikit daripadanya kepadamu atau Aku akan mendapat petunjuk di tempat api itu".
11.  Maka ketika ia datang ke tempat api itu ia dipanggil: "Hai Musa.
12.  Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, Maka tanggalkanlah kedua terompahmu; Sesungguhnya kamu berada dilembah yang suci, Thuwa.
13.  Dan Aku Telah memilih kamu, Maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu).
14.  Sesungguhnya Aku Ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain aku, Maka sembahlah Aku dan Dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.
15.  Segungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan.

Tatkala Musa sampai ke dekat bukit Tur, Ia melihat secercah cahaya nan agung membentang dari atas langit hingga ke ujung  pohon yang agung, Musa langsung bingung dan dipenuhi rasa takut, lalu Ia mendengar Allah berfirman seraya memerintahkannya untuk melepas sandalnya kemudian masuk ke satu lembah yang disucikan, sehingga kertika mendekati bukit Tur, Allah SWT akan mengajaknya berbicara dan menjadikannya sebagai Rasul yang kelaka akan diutus menghadap Fir’aun untuk menyampaikan risalah-NYA, sebagaimana yang telah dijelaskan pada ayat tersebut di atas.

Demikialah Musa diangkat kebnabiannya dan di ajak berbicara langsung oleh Tuhannya di dekat bukit Tur atau yang disebut dengan Tursina. Allah menurunkan kepadanya sebuah firman yang menunjukan kebenaran kenabiannya yaitu sebuah Mukjizat yang muncuk dari tongkat dan kedua belah tangannya, kemudian memerintahkannya untuk pergi menghadap Fir’aun dan mendakwahkannya je jalan Allah SWT. Lalu Musa meminta kepada Tuhannya untuk mengutus saudaranya Harun untuk menjadi pendampingnya dalam menyampaiukan risalah, sebagaimana Allah SWT berfirman :

  
34.  Dan saudaraku Harun dia lebih fasih lidahnya daripadaku[1123], Maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkata- an)ku; Sesungguhnya Aku khawatir mereka akan mendustakanku".
35.  Allah berfirman: "Kami akan membantumu dengan saudaramu, dan kami berikan kepadamu berdua kekuasaan yang besar, Maka mereka tidak dapat mencapaimu; (berangkatlah kamu berdua) dengan membawa mukjizat kami, kamu berdua dan orang yang mengikuti kamulah yang akan menang.

[1123]  nabi Musa a.s. selain merasa takut kepada Fir'aun juga merasa dirinya kurang lancar berbicara menghadapi Fir'aun. Maka dimohonkannya agar Allah mengutus Harun a.s. bersamanya, yang lebih petah lidahnya.

Sebagian ahli tafsir berkata : Tatkala Musa menuju ke arah api tersebut Ia menyeru Tuhannya di sebuah lembah yang disucikan yang disebut Tuwa, maka Allah menyuruhnya untuk melepas sandalnya untuk mngagungkan dan memuliakan tempat yang diberkahi, kemudian memerintahkannya untuk melemparkan  apa yang ada di tangan kanannya,  lalu berubah menjadi ular yang melata. Kemudian dipertahkannya lagu untuk memasukan tangannya ke dalam sakunya dan mengeluarkannya kembali, maka tiba-tiba memancar darinya secercah cahaya seperti cahaya matahari.

MUSA MEMASUKI MESIR DAN MENDAKWAHKAN FIR’AUN UNTUK BERIMAN KEPADA ALLAH SWT.

Setelah diajak berbicara langsung oleh Allah SWT, Musa berjalan bersama keluarganya menuju Mesir dan tiba di sana pada malam harinya. Kemudian Allah mewahyukan kepada saudaranya Harun memberikan kabar gembira dengan kedatangan saudaranya Musa, dan membertahukannya bahwa Ia daiangkat menjadi wazirnya (pendamping) untuk menghadapi Fir’aun. Maka berangkatlah Musa bersama Harun untuk menemui Fir’aun, sesampainya di sana Musa meminta kepada penjaga pintu agar mengijinkannya masuk, lalu penjaga pitu itu berkata : “Apa yang harus aku katakan kepada Fir’aun?”, “katakan kepadanya telah datang menghadap baginda seorang utusan Tuhan semesta alam” jawab Musa tegas. Penjaga itupun terperanjat dengan jawaban tersebut lalau bergegas masuk menghadap Fir’aun seraya berkata : “Sesungguhnya di depan pintu ada orang gila yang mengaku bahwa dirinya adalah utusan Tuhan semesta alam”, “suruh dia masuk” jawab Fir’aun.

Maka masuklah Musa bersama Harun  menghadap Fir’aun dan langsung mengajaknya kepada Allah dan menyampaikan risalah Tuhan-NYA. Akan tetapi Fir’aun melecehkan dan memperolok-oloknya seraya berkata : “Apakah ada Tuhan selain Aku”. Kemudian Fir’aun sadar bahwa yang dihadapannya adalah Musa tang dahulu pernah dibesarkan di istananya lalu Fir’aun berkata kepadanya sebagaiman yang digambarkan dalam firman Allah SWT :


18.  Fir'aun menjawab: "Bukankah kami Telah mengasuhmu di antara (keluarga) kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu[1078].
19.  Dan kamu Telah berbuat suatu perbuatan yang Telah kamu lakukan itu[1079] dan kamu termasuk golongan orang-orang yang tidak membalas guna.
20.  Berkata Musa: "Aku Telah melakukannya, sedang Aku di waktu itu termasuk orang-orang yang khilaf.
21.  Lalu Aku lari meninggalkan kamu ketika Aku takut kepadamu, Kemudian Tuhanku memberikan kepadaku ilmu serta dia menjadikanku salah seorang di antara rasul-rasul.
22.  Budi yang kamu limpahkan kepadaku itu adalah (disebabkan) kamu Telah memperbudak Bani Israil".
23.  Fir'aun bertanya: "Siapa Tuhan semesta alam itu?"
24.  Musa menjawab: "Tuhan Pencipta langit dan bumi dan apa-apa yang di antara keduanya (Itulah Tuhanmu), jika kamu sekalian (orang-orang) mempercayai-Nya".

[1078]  nabi Musa a.s. tinggal bersama Fir'aun kurang lebih 18 tahun, sejak kecil.
[1079]  Maksudnya: ialah perbuatan nabi Musa a.s. membunuh orang Qibti. selanjutnya lihat surat Al Qashash ayat 15.


MUSA DAN TUKANG SIHIR FIR’AUN

Musa terus menjelaskan kepadanya risalah Tuhan-NYA, meskipun Fir’aun juga terus mengintimidasinya dan mengancamnya dengan oenjara dan siksaan. Kemudian Musa berkata kepada Fir’aun : “Bagaimana seandainya aku datangkan kepadamu sesuatu yang nyata?”, “Apa yang ada padamu?” tantang Fir’aun. Lalu Musa  melemparkan tongkatnya, tiba-tiba tongkat tersebut beribah menjadi ular, dan Ia masukan tanganyya ke dlam dadanya dan dikeluarkannya kembali, tiba-tiba secercah cahaya selaksa cahaya matahari memancar dari tangannya. Fir’aunpun terkejut lalu Ia segera memanggil hulubalangnya, dan mereka mengusulkan agar Fir’aun segera mendatangkan tukang-tukang sihirnya untuk menghadapi Musa yang dianggapnya melakukan semua itu karena sihir belaka.

Tatkala para tukang sihir telah berkumpul, maka Fir’aun segera memerintahknanya untuk mengalahkan sihir Nabi Musa dengan menjanjikan mereka harta dan pangkat, serta dijadikan sebagai orang-orang dekatnya, bila mereka dapat mengalahkan Musa. Dengan smbongnya para tukang sihir tersebut seraya menantang Musa siapa yang memulai terlebih dahulu, sebagaiman dijelaskan dalam firman Allah :


115.  Ahli-ahli sihir berkata: "Hai Musa, Kamukah yang akan melemparkan lebih dahulu, ataukah kami yang akan melemparkan?"
116.  Musa menjawab: "Lemparkanlah (lebih dahulu)!" Maka tatkala mereka melemparkan, mereka menyulap mata orang dan menjadikan orang banyak itu takut, serta mereka mendatangkan sihir yang besar (mena'jubkan).
117.  Dan kami wahyukan kepada Musa: "Lemparkanlah tongkatmu!". Maka sekonyong-konyong tongkat itu menelan apa yang mereka sulapkan.
118.  Karena itu nyatalah yang benar dan batallah yang selalu mereka kerjakan.
119.  Maka mereka kalah di tempat itu dan jadilah mereka orang-orang yang hina.
120.  Dan ahli-ahli sihir itu serta merta meniarapkan diri dengan bersujud[554].

[554]  mereka terus bersujud kepada Allah Karena meyakini kebenaran seruan nabi Musa a.s. dan bukan ia ahli sihir sebagai yang mereka duga semula.
Tukang sihir Fir’aun mulai melemparkan tali dan tongkat mereka, lalu dengan pongahnya mereka berkata : }بعزة فرعون إنا لنحن الغالبون{, Musa melihat tali dan tongkat yang mereka lemparkan berubah menjadi ular, Iapun terkejut dan takut, tetapi Allah meneguhkan hatinya dan mewahyukannya untuk segera melemparkan tongkatnya yang berubah menjadi ular besar dan memalkan ular-ular tukang sihir tersebut, sebagaimana digambarkan dalam firman Allah SWT :

67.  Maka Musa merasa takut dalam hatinya.
68.  Kami berkata: "Janganlah kamu takut, Sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang).
69.  Dan lemparkanlah apa yang ada ditangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. "Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang".

Seketika itu juga tukang sihir Fir’aun beriman dan sujud kepada Allah SWT, mereka menyatakan ke-Esaan Allah, mereka yakin bahwa apa dilakukan Musa bukanlah sihir, tipuan atau hipnotis, tetapi semua itu adalah tanda-tanda kebesaran Allah SWT yang ditampakan melalui tangan Musa AS, sebagi bukti kebenarannyam dan mereka menyadari bahwa semua itu diluar kemampuan manusia dan kuasanya, akan tetapi kekauatan Allah SWT Yang Maha Kuasa menciptakan keajaiban, karena itu merekapun langsung tersungkur sujud kepada Allah seraya berkata : }آمنا برب العالمين رب موسى وهارون{. Fir’aunpun menyadari tidak dapat menundukan Musa, akan tetapi Musalah yang telah menundukannya, namun Fir’aun ingin menutupi kekalahanya dan mengembalikan wibawanya dengan menekan para tukang sihirnya seraya berkata :


71.  Berkata Fir'aun: "Apakah kamu Telah beriman kepadanya (Musa) sebelum Aku memberi izin kepadamu sekalian. Sesungguhnya ia adalah pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu sekalian. Maka Sesungguhnya Aku akan memotong tangan dan kaki kamu sekalian dengan bersilang secara bertimbal balik[931], dan Sesungguhnya Aku akan menyalib kamu sekalian pada pangkal pohon kurma dan Sesungguhnya kamu akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksanya".

[931]  Maksudnya: tangan kanan dan kaki kiri dan sebaliknya.

Fir’aun telah mengancam para tukang sihirnya dengan eksekusi di tiang salib, dan mengamputasi tangan dan kakinya secara silang, serta menuduh mereka telah bersekongkol (konspirasi) dengan Musa, Padahal  Ia sendiri tahu tidak pernah kenal dengan tukang sihirnya dan belum pernah tinggal bersama mereka, karena Musa sebelumnya cukup lama menetap di Madyan, bagaimana mungkin Musa mengajrkan sihir kepada mereka. Ternyata hal itu hanyalah propaganda Fir’aun untuk menjegal dakwahnya Musa AS dan sikapanya yang tidak mau mengakui kekalahan.

Namun demikian para tukang sihir tetap teguh dengan keimanannya, mereka tidak menghiraukan ancaman Fir’aun, bahkan mereka memproklamorkan dengan suara lantang keimanan dan militansinya di hadapan Fir’aun yang tiran dan arogan. Allah SWT berfirman :


72.  Mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak akan mengutamakan kamu daripada bukti-bukti yang nyata (mukjizat), yang Telah datang kepada kami dan daripada Tuhan yang Telah menciptakan Kami; Maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu Hanya akan dapat memutuskan pada kehidupan di dunia Ini saja.
73.  Sesungguhnya kami Telah beriman kepada Tuhan kami, agar dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang Telah kamu paksakan kepada kami melakukannya. dan Allah lebih baik (pahala-Nya) dan lebih kekal (azab-Nya)".

Said bin Jabir RA berkata : “Tatkala para tukang sihir sujud mereka melihat istana dan mahligai tekah disediakan dan siap menyambut kedatangan  mereka di syurga, karena itu mereka tidak memperdulikan sedikitpun ancamn Fir’aun, bahkan mereka berani melontarkan kebenaran di hadan Fir’aun.

Akhirnya Fir’aun merealisasikan ancamannya dengan menyalib mereka dan mengamputasi silang kaki dan tangan mereka, dan mengeksekusi mereka dengan keji, meskipun demikian para tukang sihir tidak goyah sedikitpun sehingga mereka menjadi syuhada yang berlimpah kebajikan dan keridoan Allah SWT. Dalam hal ini Ibnu Abbas RA berkata :

"كانوا من أول النهار سحرة، فصاروا من آخره شهداء بررة".

“Siang hari mereka masih menjadi tukang sihir, sore harinya menjadi syuhada”


DIALOG MUSA DENGAN FIRAUN DALAM AL-QUR’AN


49.  Berkata Fir'aun: "Maka siapakah Tuhanmu berdua, Hai Musa?[924].
50.  Musa berkata: "Tuhan kami ialah (Tuhan) yang Telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, Kemudian memberinya petunjuk[925].
51.  Berkata Fir'aun: "Maka bagaimanakah keadaan umat-umat yang dahulu?"
52.  Musa menjawab: "Pengetahuan tentang itu ada di sisi Tuhanku, di dalam sebuah kitab[926], Tuhan kami tidak akan salah dan tidak (pula) lupa;
53.  Yang Telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan yang Telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-ja]an, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam.
54.  Makanlah dan gembalakanlah binatang-binatangmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal.
55.  Dari bumi (tanah) Itulah kami menjadikan kamu dan kepadanya kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain,
56.  Dan Sesungguhnya kami Telah perlihatkan kepadanya (Fir'aun) tanda-tanda kekuasaan kami semuanya[927] Maka ia mendustakan dan enggan (menerima kebenaran).
57.  Berkata Fir'aun: "Adakah kamu datang kepada kami untuk mengusir kami dari negeri kami (ini) dengan sihirmu, Hai Musa?
58.  Dan kamipun pasti akan mendatangkan (pula) kepadamu sihir semacam itu, Maka buatlah suatu waktu untuk pertemuan antara kami dan kamu, yang kami tidak akan menyalahinya dan tidak (pula) kamu di suatu tempat yang pertengahan (letaknya).
59.  Berkata Musa: "Waktu untuk pertemuan (Kami dengan) kamu itu ialah di hari raya dan hendaklah dikumpulkan manusia pada waktu matahari sepenggalahan naik".
60.  Maka Fir'aun meninggalkan (tempat itu), lalu mengatur tipu dayanya, Kemudian dia datang[928].
61.  Berkata Musa kepada mereka: "Celakalah kamu, janganlah kamu mengada-adakan kedustaan terhadap Allah, Maka dia membinasakan kamu dengan siksa". dan Sesungguhnya Telah merugi orang yang mengada-adakan kedustaan.
62.  Maka mereka berbantah-bantahan tentang urusan mereka di antara mereka dan mereka merahasiakan percakapan (mereka).
63.  Mereka berkata: "Sesungguhnya dua orang Ini adalah benar-benar ahli sihir yang hendak mengusir kamu dari negeri kamu dengan sihirnya dan hendak melenyapkan kedudukan kamu yang utama[929].
64.  Maka himpunkanlah segala daya (sihir) kamu sekalian, Kemudian datanglah dengan berbaris. dan Sesungguhnya beruntunglah oran yang menang pada hari ini[930].
65.  (Setelah mereka berkumpul) mereka berkata: "Hai Musa (pilihlah), apakah kamu yang melemparkan (dahulu) atau kamikah orang yang mula-mula melemparkan?"
66.  Berkata Musa: "Silahkan kamu sekalian melemparkan". Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka, terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat, lantaran sihir mereka.
67.  Maka Musa merasa takut dalam hatinya.
68.  Kami berkata: "Janganlah kamu takut, Sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang).
69.  Dan lemparkanlah apa yang ada ditangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. "Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang".
70.  Lalu tukang-tukang sihir itu tersungkur dengan bersujud, seraya berkata: "Kami Telah percaya kepada Tuhan Harun dan Musa".
71.  Berkata Fir'aun: "Apakah kamu Telah beriman kepadanya (Musa) sebelum Aku memberi izin kepadamu sekalian. Sesungguhnya ia adalah pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu sekalian. Maka Sesungguhnya Aku akan memotong tangan dan kaki kamu sekalian dengan bersilang secara bertimbal balik[931], dan Sesungguhnya Aku akan menyalib kamu sekalian pada pangkal pohon kurma dan Sesungguhnya kamu akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksanya".
72.  Mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak akan mengutamakan kamu daripada bukti-bukti yang nyata (mukjizat), yang Telah datang kepada kami dan daripada Tuhan yang Telah menciptakan Kami; Maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu Hanya akan dapat memutuskan pada kehidupan di dunia Ini saja.
73.  Sesungguhnya kami Telah beriman kepada Tuhan kami, agar dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang Telah kamu paksakan kepada kami melakukannya. dan Allah lebih baik (pahala-Nya) dan lebih kekal (azab-Nya)".
74.  Sesungguhnya barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan berdosa, Maka Sesungguhnya baginya neraka jahannam. ia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup[932].
75.  Dan barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh Telah beramal saleh, Maka mereka Itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang Tinggi (mulia),
76.  (yaitu) syurga 'Adn yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. dan itu adalah balasan bagi orang yang bersih (dari kekafiran dan kemaksiatan).

[924]  setelah nabi Musa a.s. dan nabi harus a.s mendapat perintah dari Allah s.w.t. pergilah mereka kepada Fir'aun dan terjadilah soal-jawab sebagai yang disebutkan pada ayat 49 dan ayat berikutnya.
[925]  Maksudnya: memberikan akal, instink (naluri) dan kodrat alamiyah untuk kelanjutan hidupnya masing-masing.
[926]  Maksudnya: Lauh Mahfuzh.
[927]  yang dimaksud dengan tanda-tanda di sini ialah tanda-tanda kenabian Musa di surat Al Isra'. pada pertemuan antara nabi Musa a.s. dengan Fir'aun ini, yang diperlihatkan baru dua, yaitu tongkat nabi Musa a.s. menjadi ular dan tangannya menjadi putih cemerlang.
[928]  Maksudnya: setelah Fir'aun mengatur tipu dayanya dan waktu untuk pertemuan Telah datang yaitu hari raya, Maka Fir'aun bersama pengikut-pengikut nya datanglah ketempat yang ditentukan itu.
[929]  Maksudnya: kedatangan Musa a.s dan Harun a.s. ke Mesir itu ialah hendak menggantikan kamu sebagai Penguasa di Mesir. sebagian ahli tafsir mengartikan thariqah di sini dengan keyakinan (agama).
[930]  maksud Hari ini ialah hari berlangsungnya pertandingan.
[931]  Maksudnya: tangan kanan dan kaki kiri dan sebaliknya.
[932]  maksud tidak mati ialah dia selalu merasakan azab dan maksud tidak hidup ialah hidup yang dapat dipergunakannya untuk bertaubat.


قال فمن ربكما يا موسى قال الذي أعطى كل شيء خلقه ثمَّ هدى, yaitu memberikan kepada makhluk-NYA segala sesuatu yang dibutuhkannya, atau menganugrahkannya bentuk ciptaan yang sesuai dengan kegunaan yang menyertainya, seperti mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, lidah untuk merasakan, tangan, kaki untuk manfaat dan kegunaan lainnya. }  ثمَّ هدى{, mengetahui bagaimana beradaptasi dengan apa yang telah diberikannya dan bagaiman menggunakannya.

Imam Zamakhsyary berkata : Allah menanggapi apa yang menajdi pertanyaan Fir’aun dengan jawaban yang ringkas, bernas dan pamungkas, }قال فما بال القرون الأولى{, Fir’aun bertanya tentang bagaimana umat-umat yang terdahulu, lalu dijawab oleh Allah bahwa jawaban atas pertanyaan tersebut bukanlah kewenangan para Rasul, tetapi mutlak kewenangan Allah SWT, }قال علمها عند ربي في كتابٍ لا يضل ربي ..{, jauh dari kebenaran dalam mengetahui segala sesuatu, }ولا ينسى{, tidak mengetahuinya karena lupa dan sesat adalah sifat dari makhluk Allah SWT.

Kemudian setelah itu Allah berfirman : الذي جعل لكم الأرض مهداً, hamparan yang mudah dilewati untuk berjalan dan berkendaraan dalam mencari rizki, وسلك لكم فيها سبلاً, kalian dapat berjalan padanya, karena itu Allah tidak menjadikan bagian bumi ini seluruhnya pegunungan, dan tidak menjadikan seluruhnya lautan, tapi ada  yang berair ada yang kering, ada gunung ada lembah, وانزل من السماء ماءً فأخرجنا به أزواجاً من نباتٍ شتى, berbeda-beda dalam ukuran panjang-pendeknya, warna dan rasanya, kadar manis dan masamnya كلوا وارعوا أنعامكم  diizinkan untuk mengambil manfaatnya, diperbolehkan untuk dimakan sebagiannya dan diolah untuk makanan hewan sebagian lainnya إن في ذلك لآيات لأولي النهى bumi yang terbentang memudahkan untuk mencari penghidupan, curah hujan yang menumbhkan aneka tanaman, semua itu adalah bukti bagi orang-orang yang berakal.

Dalam firman Allah فأخرجنا adalah peralihan dari kalimat katakerja orang ketiga menjadi kata kerja orang kedua, sehingga tidak dikatakan فأخرج karena semata ingin menegaskan bahwasanya Allah adalah Tuhan yang ditaati, dimana segala sesuatu yang beraneka ragam tunduk kepada perintah dan kehendak-NYAm dan tidak ada sesuatupu yang dapat mencegah keinginan-NYA, sebagaimana firman Allah berikut ini :

99.  Dan dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan Maka kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.

27.  Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat.

60.  Atau siapakah yang Telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air untukmu dari langit, lalu kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya? apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran).


Kemudian Nabi Musa menjelaskan tentang kebangkitan yang dilakukan oleh Allah kepada setiap makhluknya منها خلقناكم وفيها نعيدكم ومنها نخرجكم تارةً أخرى agar Fir’aun melihat bahwasanya tidak ada Ilah yang mampu menciptakan dan mengulangi ciptaannya, dan mendatangkan bahan bakunya dari muka bumi, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Mu’minun :

12.  Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.


Dan Kita akan kembali ke  bumi, sehingga menjadi satu kembali seperti sediakala, kemudian kita akan dibangkitkan kembali oleh Allah SWT dari muka bumi ini.


AL-QUR’AN DAN SIHIR

ولقد أريناه آياتنا كلها فكذب وأبى , Allah SWT menjelaskan kepada kita bahwa Fir’aun telah melihat ayat-ayat Allah dan telah mengetahui kebenarannya, lalu Ia mendustakannya karena kezalimannya dan enggan tunduk dan menerimanya. Ayat-ayat yang dimaksud adalah ayat-ayat yang menegaskan tentang tauhid dan  kenabian. Ayat-ayat tauhid sebagaimana yang telah djelaskan sebelumnya, sedangkan ayat-ayat kenabian terdiri dari sembilan perkara, yaitu tongkat, tangan, terbelahnya lautan, terpancarnya air dari bebatuan, jarad, qummal, dhafaadi’, darah dan nataq al jabal. Kesembilan perkara itu disebut dengan ayat nubuwwah.

قال أجئتنا لتخرجا من أرضنا بسحرك يا موسى , sebagian ahli tafsir berkata : ayat tersebut di atas menggambarkan ketakutan Fir’aun terhadap Nabi Musa, Ia sadar dan yakin kalau Musa berada di atas kebenaran dan pasti kelak akan menggulingkan kekuasaannya dengan sihirnya. Ketika Musa bertemu para tukang sihir di suatu tempat yang telah disepakati Ia berkata kepada mereka ويلكم لا تفتروا على الله كذباً فيسحتكم بعذابٍ وقد خاب من افترى janganlah kalian menyebut ayat-ayat Allah dan mukjizat-NYA dengan sihir, karena jika kalian lakukan hal itu, maka kalian akan mendapatkan adzab dari-NYA dan hidup kalian akan sia-sia, nasehat dan peringatan Musa kepada mereka ternyata cukup epektif, para tukang sihir kemudian menjadi pembela-pembelanya setelah sebelumnya menjadi penentangnya. Ketika mereka mulai menyihir tali temali berubah menjadi ular Musa tampak menyimpan rasa takutnya, lalu Allah berfirman kepadanya لا تخف إنك أنت الأعلى karena engkau berada di atas kebenaranm siapapun yang berada di atas kebenaran maka Ia menjadi orang yang paling mulia, hal ini merupakan isyarat bahwa Musa akan menang terhadap Fir’aun dan kroni-kroninya, karena itu Allah berfirman lagi kepada Musa :

139.  Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.

Setelah para tukang sihir beriman dan mereka diancam oleh Fir’aun dengan  berbagai macam siksaan dengan lantang mereka berkata kepada Fir’aun :

72.  Mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak akan mengutamakan kamu daripada bukti-bukti yang nyata (mukjizat), yang Telah datang kepada kami dan daripada Tuhan yang Telah menciptakan Kami; Maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu Hanya akan dapat memutuskan pada kehidupan di dunia Ini saja.
73.  Sesungguhnya kami Telah beriman kepada Tuhan kami, agar dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang Telah kamu paksakan kepada kami melakukannya. dan Allah lebih baik (pahala-Nya) dan lebih kekal (azab-Nya)".

Kata-kata para tukang sihir tersebut sangat menyentuh dan mengandung hikmah yang berharga, yang keluar dari oarang-orang yang telah terpenuhi hatinya dengan kebenaran, oleh sebab itulah mereka siapamenghadapi segala resikonya, sampai tangan dan kaki mereka dipotong silang, petunjuk dan kebenaran yang telah mereka saksikan tidak berpengaruh sedikitpun terhadap Fir’aun untuk mengimani Tuhan yang telah menciptakan mereka. Karena itu mereka berkata kepada Fir’aun : “Putuskan sesukamu dan lakukaku apa yang kau inginkan, engkau hanya menghakimi kehidupan yang sementara ini, kita bertemu nanti setelah kita mati dan kita lihat balasan kita masing-masing, kami tidak bisa mengalahkan kehidupan yang abadi hanya demi kehidupan yang sementara, sesungguhnya kami beriman kepada Rabb kami agar Dia mengampuni kesalahan-kesalahn kami, dan mengampuni apa yang engkau paksakan kepada kami melakukan perbuatan sihir, dan Allah SWT lebih bauik darimu dan lebih kekal, Dia sangatlah patut untuk diimani.

Kemudian para tukang sihir tersebut mengakhiri nasehat mereka terhadap Fir’aun seraya berkata :

74.  Sesungguhnya barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan berdosa, Maka Sesungguhnya baginya neraka jahannam. ia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup[932].
75.  Dan barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh Telah beramal saleh, Maka mereka Itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang Tinggi (mulia),

[932]  maksud tidak mati ialah dia selalu merasakan azab dan maksud tidak hidup ialah hidup yang dapat dipergunakannya untuk bertaubat.

Melalui Nasehat ini Fir’aun diingatkan bahwa dirinya tidak akan mati sebagimana layaknya orang mati di dunia, tetapi keadaannya antara mati dan hidup. Tidak dapat istirahat dari adzab, tidak menikmati istirahat kematian dan juga tidak merasakan nikmatnya kehidupan. Sebaliknya barang siapa yang mengimani kehidupan setelah mati, dan tsiqh kepada Allah SWT, ia akan mersakan ringannya beban kehidupan, apapun yang menimpanya di jalan keimanannya. “Ya Allah kokohkanlah iman kami, kuatkanlah keyakinan kami, mantapkanlah tekad kami, sebagaimana Engkau mantapkan tekad orang-orang beriman kepada Nabi Musa, yaitu para tukang sihir Fir’aun, sehingga mereka tidak peduli dengan ancaman Fir’aun dan kekejamannya, tidak ada rasa takut pada diri mereka kecuali kepada Engkau Ya Allah, mereka telah menjadikan keagungan-MU di atas segala keagungan, dan kemuliaan-MU di astas segala kemuliaan. Dan mereka menjadi tauladan tertinggi dalam hal pengorbanan dan keluhuran, mereka adalah contoh dan teladan yang baik.

*******************


52.  Dan kami wahyukan (perintahkan) kepada Musa: "Pergilah di malam hari dengan membawa hamba-hamba-Ku (Bani Israil), Karena Sesungguhnya kamu sekalian akan disusuli".

Besar kemungkinan mengapa Allah SWT mewahyukan kepada Nabi Musa AS untuk memerintahkannya hijrah, hal itu disebabkan bahwasanya musuh Allah Fir’aun akan menganiyayanya habis-habisan setelah peristiwa berimannya para tukang sihirnya, karena keimanan mereka telah membuatnya marah, sehingga mereka diancam dipotong tangan dan kakinya, lalu disalib di atas pohon, hal itu menunjukan bahwa telah menjadi sunnah yang umum bila Allah SWT mengijinkan Rasul-NYA hijrah demi menghindari penganiyaan musuh, dan menyelamatkan orang-orang mu’min dari bencana yang menimpa agamanya.

Kemudian tatkala Fir’aun  dan bala tentaranya memburu Musa dalam hijrahnya, untuk menganiyaya dirinya dan pengikutnya, Allah SWT telah merencanakan Fir’aun dan balatentaranya akan ditenggelamkan, sementara Musa dan pengikutnya akan diselamatkan. Hal ini juga dapat dikatakan sebagai sebab mengapa Allah SWT perintahkan nabi Musa untuk berhijrah.

Sedangkan jalan kering di dasar laut merah yang dilewati Nabi Musa dan Fir’aun tidak diketahui secara pasti dimana titiknya, namun bila dikaitkan dengan lebar terusan swiss yang ada sekarang ini jarak yang ditempuh oleh Nabi Musa cukup jauh, sebab dengan mengendarai kapal saja memakan waktu sembilan jam.

63.  Lalu kami wahyukan kepada Musa: "Pukullah lautan itu dengan tongkatmu". Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar.

Ayat tersebut menjelaskan bahwa setelah Nabi Musa memukulkan tongkatnya ke tep lautan, maka tiba-tiba terbelahlah lautan tersebut dan terbentanglah jalan yang kering yang menghubungkan kedua garis pantai, lalu Nabi Musa dipesankan oleh Allah agar  jangan takut dan khawatir tertangkap oleh Fir’aun, sebagaimana firman-NYA :

”kamu tak usah khawatir akan tersusul dan tidak usah takut (akan tenggelam)". (QS Thaha : 77)

Lalu Fir’aunpun mengejar Nabi Musa dan menyebrang lautan, sesampainya di tengah lautan lautan kembali menyatu dan menenggelamkan Fir’aun dan balatentaranya, mereka menjadi tersesat dan tidak mendapatkan petunjuk lantaran ulah Fir’aun, sebagaimana firman Allah :

78.  Maka Fir'aun dengan bala tentaranya mengejar mereka, lalu mereka ditutup oleh laut yang menenggelamkan mereka.
79.  Dan Fir'aun Telah menyesatkan kaumnya dan tidak memberi petunjuk.

LANGKAH-LANGKAH STRATEGIS NABI MUSA AS

1. Himabuan Nabi Musa kepada pengikutnya untuk bersabar.

Fir’aun telah melihat ayat-ayat yang telah dibawa oleh Nabi Musa AS, kemudian Fir’aun menyatakan bahwa dirinya tidak butuh terhadap apa yang dibawa oleh Nabi Musa AS. Oleh karena itu Fir’aun menunjukan kekufurannya dan pembangkangannya, dan mempengaruhi kaumnya untuk mengambil tindakan terhadap Nabi Musa AS. Ini awal kerusakan yang menyebabkan kerusakan yang lainnya. Fir’aun semakin ”gerah” dengan dakwahnya Nabi Musa AS, dan mengancam Nabi Musa dan pengikutnya dengan membunuh anak-anaknya dan mempermalukan kaum wanitanya, untuk merealisasikan semua itu Fir’aun pun membuat maklumat dan programnya. Bani Israil mengeluhkan keadaan ini kepada Nabi Musa AS, dan Nabi Musapun mewasiatkan mereka dangn kesabaran atas segala kezaliman yang menimpa mereka, dan memohon pertolongan kepada Allah SWT agar kuat memikul ujian, serta menjanjikan mereka dengan akibat kesudahan yang baik jika mereka bertakwa, sebagaimana firman Allah :

127.  Berkatalah pembesar-pembesar dari kaum Fir'aun (kepada Fir'aun): "Apakah kamu membiarkan Musa dan kaumnya untuk membuat kerusakan di negeri Ini (Mesir) dan meninggalkan kamu serta tuhan-tuhanmu?". Fir'aun menjawab: "Akan kita bunuh anak-anak lelaki mereka dan kita biarkan hidup perempuan-perempuan mereka; dan Sesungguhnya kita berkuasa penuh di atas mereka".
128.  Musa Berkata kepada kaumnya: "Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah; Sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang dihendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa."
129.  Kaum Musa berkata: "Kami Telah ditindas (oleh Fir'aun) sebelum kamu datang kepada kami dan sesudah kamu datang[556]. Musa menjawab: "Mudah-mudahan Allah membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu khalifah di bumi(Nya), Maka Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu[557].

[556]  mereka mengeluh kepada Musa a.s. bahwa nasib mereka sama saja; baik sebelum kedatangan Musa a.s. untuk menyeru mereka kepada agama Allah dan melepaskan mereka dari perbudakan Fir'aun, maupun sesudahnya. Ini menunjukkan kekerdilan jiwa dan Kelemahan daya juang pada mereka.
[557]  Maksudnya: Allah akan membalas perbuatanmu, yang baik dibalas dengan yang baik, dan yang buruk dibalas dengan yang buruk.

2. Orang beriman dari kalangan keluarga Fir’aun memperingati kaumnya

Fir’aun merasa sempit dan sesak dengan dakwahnya Nabi Musa AS, maka Iapun menggelar konferensi untuk membunuh Musa dan menyelamatkan kaumnya dari pengaruh dakwah dan kerusakannya – menurut persepsi Fir’aun. Allah SWT berfirman :

26.  Dan Berkata Fir'aun (kepada pembesar-pembesarnya): "Biarkanlah Aku membunuh Musa dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya, Karena Sesungguhnya Aku khawatir dia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi".

Tatkala Fir’aun dan bala tentaranya sedang merundingkan sikap dan tindakan mereka terhadap Nabi Musa AS, tiba-tiba ada seseorang yang menyembunyikan keimanannya dan ikut serta dalam forum tersebut, Ia harus membela Musa, Ia tidak rela bila seseorang yang menyatakan Tuhanku Allah dibunuh. Kenudian Ia mengingatkan mereka tentang adzab Allah dan ketegasan siksa-NYA di dunia, sebagaimana yang telah terjadi pada umat terdahulu karena kejahatan yang mereka lakukan. Dan juga mengingatkan mereka tentang adzab akherat, serta mengingatkan mereka bahwa dakwahnya Nabi Musa AS bukanlah hal yang baru, karena Nabi Yusuf AS juga telah melakukannya kepada kaumnya. Camkanlah beberapa ayat berikut ini :

28.  Dan seorang laki-laki yang beriman di antara pengikut-pengikut Fir'aun yang menyembunyikan imannya berkata: "Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki Karena dia menyatakan: "Tuhanku ialah Allah padahal dia Telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu. dan jika ia seorang pendusta Maka dialah yang menanggung (dosa) dustanya itu; dan jika ia seorang yang benar niscaya sebagian (bencana) yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu". Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta.
29.  (Musa berkata): "Hai kaumku, untukmulah kerajaan pada hari Ini dengan berkuasa di muka bumi. siapakah yang akan menolong kita dari azab Allah jika azab itu menimpa kita!" Fir'aun berkata: "Aku tidak mengemukakan kepadamu, melainkan apa yang Aku pandang baik; dan Aku tiada menunjukkan kepadamu selain jalan yang benar".
30.  Dan orang yang beriman itu berkata: "Hai kaumku, Sesungguhnya Aku khawatir kamu akan ditimpa (bencana) seperti peristiwa kehancuran golongan yang bersekutu.
31.  (yakni) seperti keadaan kaum Nuh, 'Aad, Tsamud dan orang-orang yang datang sesudah mereka. dan Allah tidak menghendaki berbuat kezaliman terhadap hamba-hamba-Nya.
32.  Hai kaumku, Sesungguhnya Aku khawatir terhadapmu akan siksaan hari panggil-memanggil[1321].
33.  (yaitu) hari (ketika) kamu (lari) berpaling ke belakang, tidak ada bagimu seorangpun yang menyelamatkan kamu dari (azab) Allah, dan siapa yang disesatkan Allah, niscaya tidak ada baginya seorangpun yang akan memberi petunjuk.

[1321]  hari kiamat itu dinamakan hari panggil memanggil Karena orang yang berkumpul di padang mahsyar sebagian memanggil sehagian yang lain untuk meminta tolong.

34.  Dan Sesungguhnya Telah datang Yusuf kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan, tetapi kamu senantiasa dalam keraguan tentang apa yang dibawanya kepadamu, hingga ketika dia meninggal, kamu berkata: "Allah tidak akan mengirim seorang (rasulpun) sesudahnya. Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang melampaui batas dan ragu-ragu.

3. Sang Mu’min menyeru kepada keselamatan

Fir’aun dan kaumnya tenggelam dalam kesesatan, seorang Mu’min senantias menyerukan mereka ke jalan yang benar dan lurus, lalu mereka dinasehati agar tidak terpedaya dengan dunia yang fana ini, tetapi beramal untuk akherat negeri kekal nan abadi, begitulah Allah membalas kejahatan dengan balasan yang setimpal. Kemudian sang Mu’min tersebut mencela dakwah Fir’aun kepada kekufuran, Tuhan-tuhan yang mereka sembah tidak bermanfaat di dunia dan tidak mendatangkan syafaat di akherat, lalu mereka diingatkan bahwa nanti akan tiba masanya mereka akan teringat dengan nasehat ini.

Sang Mu’min tersebut menyerahkan perkara ini kepada Allah, berkaitan dengan keinginan mereka membunuh Nabi Musa As. Kesudahan Nabi Musa adalah kebahagiaan dan kesudahan Fir’aun adalah kesengsaraan. Al-Qur’an menjelaskan seruan yang diarahkan dengan gaya bahasa yang menarik. Camkanlah firman Allah berikut ini :


38.  Orang yang beriman itu berkata: "Hai kaumku, ikutilah aku, Aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar.
39.  Hai kaumku, Sesungguhnya kehidupan dunia Ini hanyalah kesenangan (sementara) dan Sesungguhnya akhirat Itulah negeri yang kekal.
40.  Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, Maka dia tidak akan dibalasi melainkan sebanding dengan kejahatan itu. dan barangsiapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, Maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezki di dalamnya tanpa hisab.
41.  Hai kaumku, bagaimanakah kamu, Aku menyeru kamu kepada keselamatan, tetapi kamu menyeru Aku ke neraka?
42.  (Kenapa) kamu menyeruku supaya kafir kepada Allah dan mempersekutukan-Nya dengan apa yang tidak kuketahui padahal Aku menyeru kamu (beriman) kepada yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun?
43.  Sudah pasti bahwa apa yang kamu seru supaya Aku (beriman) kepadanya tidak dapat memperkenankan seruan apapun baik di dunia maupun di akhirat[1323]. dan Sesungguhnya kita kembali kepada Allah dan Sesungguhnya orang-orang yang melampaui batas, mereka Itulah penghuni neraka.
44.  Kelak kamu akan ingat kepada apa yang kukatakan kepada kamu. dan Aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha melihat akan hamba-hamba-Nya".
45.  Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Fir'aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk.

[1323]  Maksudnya: tidak dapat menolong baik di dunia maupun di akhirat.



4. AROGANSI FIR’AUN

Fir’an terus dalam kesesatannya, dan merasa tersanjung dan bangga dengan kekuasaannya, karena  itu Ia kerap mengumpulkan rakyatnya seraya berkata : ”Wahai rakyatku bukankah aku ini penguasa Mesir dan pemegang hak veto untuk memerintah dan melarang apapun dan siapapun di negeri ini? Bukankah sungau Nil dan anak-anak sungainya mengalir dibawah Istana kerajaanku ? Bukan aku lebih baik dari Musa yang hina itu? Bukankah Musa tidak memiliki tanda-tanda kepemimpinan, lalu untuk apa kalian mengikutinya? Kalau di benar-benar seorang pemimpin, mengapa tidak ada para malaikat yang mengiringinya? Sesungguhnya apa yang dimiliki Musa tidak ada apa-apanya dibanding kekuasaanku! Sperti inilah gaya orang-orang yang pongah dan arogan yang menghina dan melecehkan para penyeru kebenaran di setiap tempat dan zaman, dari dulu hingga sekarang.

5. FIR’AUN DAN BALA TENTARANYA DITIMPA DENGAN 9  FENOMENA AZAB DAN PENDERITAAN

Tatkala Fir’aun semakin bangga dan arogan dengan dosa-dosanya, dan tidak menggubris perintah Allah SWT, dan terus menerus mendustakan Nabi Musa AS dan menganiaya rakyatnya Bani Israil. Maka Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Musa AS untuk menyampaikan kepada Fir’aun bahwa Ia dan balatentaranya serta kaumnya akan ditimpakan azab yang pedih, sementara mereka bila mendapatkan azab dari Allah SWT, mereka datang menjumpai Nabi Musa AS dan meminta kepadanya agar Tuhannya segera menghentikan azab tersebut, mereka berjanji bila azab dihentikan mereka akan beriman dan tidak menyakiti pengikutnya orang-orang beriman, namun apabila azab itu benar-benar telah dicabut, mereka tetap kembali menyimpang dari jalan Allah SWT, mereka ingkari janjinya, dan tetap membangkang kepada Allah SWT. Padahal Allah SWT telah seringkali mengirimkan azab kepada mereka, sebagai peringatan atas mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar.

Ada sembilan fenomena yang dikirim oleh Allah SWT sebagai azab terhadap Fir’aun dan kaumnya :

1. Kekeringan dan paceklik, (Al-Qahthu wal jadab), dimana sawah dan ladang tidak menumbuhkan tanaman sedikitpun, dan hal ini digambarkan dalam Al-Qur’an berlangsung ”siniiiin”, yaitu beberapa tahun lamanya.

2. Kekurangan buah-buahan (An-naqshu minatstsamaraat), yaitu sangat sedikit sekali pohon-pohon yang berbuah, akibat musim paceklik.

3.  Angin badai (At-Thuufaan), yaitu banyaknya curah hujan yang merusak tanaman dan buah-buahan, dan meluapnya sungai Nil yang mengakibatkan terjadinya bencana banjir, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas RA.

4.  Hama wereng atau belalang (Al-Jarad), sesungguhnya Allah SWT telah mengirim hama tersebut dengan jumlah yang sangat besar, sehingga menutupi seluruh tanaman dan menghalanginya dari cahaya matahari, dan seluruh tanaman mati dan rusak binasa, tanpa satupun yang tersisa.

5.  Ulat (Al-Qummal), yaitu sejenis hama ulat yang merusak bibit dan biji tanaman, juga disebut dengan hama nyamuk (Al-Ba’uudh) yang telah mengerubungi tempat tidur mereka, sehingga mereka tidak dapat beristirahat dan hidup dengan tenang.

6.  Katak (Adhofaadi’), hewan ini berkembang biak dalam waktu singkat dengan jumlah yang sangat banyak, dan selalu hinggap di atas makanan dan bejana mereka, hinggap di atas tempat tidur dan pakaian mereka.

7.  Darah (Al-dam), fenomena ini merupakan tanda-tanda yang sangat jelas, air yang ada telah berubah menjadi darah, baik air yang ada di sumur-sumur maupun air yang ada di sungai-sungai. Bani Isra’il tidak pernah mendapatkan bencana seperti bencana darah yang satu ini.

8.  Al-’Asha (tongkat), tanda yang satu ini memang bukan terkait dengan adzab, tetapi mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada Nabi Musa AS, yang berubah menjadi ular yang hidup dan bergerak.

9.   Al-Yad (tangan), ini juga mukjizat, yaitu ketika Nabi Musa AS memasukan tangannya ke saku bajunya, sehingga terpancar cahaya daripadanya.

Kesembilan tanda-tanda tersebut dijelaskan oleh Allah SWT dalam firmanNYA :


101.  Dan Sesungguhnya kami Telah memberikan kepada Musa sembilan buah mukjizat yang nyata[869], Maka tanyakanlah kepada Bani Israil, tatkala Musa datang kepada mereka lalu Fir'aun Berkata kepadanya: "Sesungguhnya Aku sangka kamu, Hai Musa, seorang yang kena sihir".

[869]  mukjizat yang sembilan itu ialah: tongkat, tangan, belalang, kutu, katak, darah, taupan, laut, dan paceklik.


130.  Dan Sesungguhnya kami Telah menghukum (Fir'aun dan) kaumnya dengan (mendatangkan) musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan, supaya mereka mengambil pelajaran.
131.  Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata: "Itu adalah Karena (usaha) kami". dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya. Ketahuilah, Sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak Mengetahui.
132.  Mereka berkata: "Bagaimanapun kamu mendatangkan keterangan kepada kami untuk menyihir kami dengan keterangan itu, Maka kami sekali-kali tidak akan beriman kepadamu".
133.  Maka kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan darah[558] sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa.

[558]  Maksudnya: air minum mereka beubah menjadi darah.


Allah mewahyukan kepada Nabi Musa dan saudaranya Harun Alaihimassalam agar keduanya membuatkan untuk kaumnya bangunan rumah yang berbeda dari rumah-rumah orang Qibty, agar mereka mudah dan cepat bergerak bila mereka diperintahkan untuk berangkat, dan agar satu dengan yang lainnya dapat saling mengenali rumahnya masing-masing. Allah berfirman :

  
87.  Dan kami wahyukan kepada Musa dan saudaranya: "Ambillah olehmu berdua beberapa buah rumah di Mesir untuk tempat tinggal bagi kaummu dan jadikanlah olehmu rumah-rumahmu itu tempat shalat dan Dirikanlah olehmu sembahyang serta gembirakanlah orang-orang yang beriman".


Sebagian Mufassir mengartikan ”Qiblah” pada ayat tersebut dengan ”masjid-masjid”, ada juga yang menafsirkan tempat memperbanyak shalat, sebagaimana pendapat Mujahid, Abu Malik, Ibrahim An-Nakh’i, Ar-Rabi’i, Adh-dhahhaak, Zaid bin Aslam, dan putranya Abdurrahman. Inti maksudnya adalah meminta tolong dengan memperbanyak shalat dalam menghadapi marabahaya, kesulitan dan penderitaan, sebagaimana firman Allah :

45.  Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',

Adalah Rasulullah SAW, apabila menghadapi persoalan langsung bersegera menunaikan shalat. Sesungguhnya Bani Israil saat itu tidak bisa beribadah secara terang-terangan di tengah masyarakat dan tempat ibadah mereka, karen itu merek diperintah untuk shalat di rumah-rumah mereka, sebagai ganti dari shalat-shlat mereka yang seharusnya dilakukan ditampakan sebagai syiar agama yang benar pada masa itu. Hal itu terpaksa dilakukan karena takut kepada Fir’aun dan ideologinya.

Nabi Musa AS telah menyampaikan dakwahnya kepada musuh Allah Fir’aun, dan marah kepadanya karena Allah sebagaimana firman Allah :

88.  Musa berkata: "Ya Tuhan kami, Sesungguhnya Engkau Telah memberi kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia, Ya Tuhan kami - akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, Maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih."
89.  AlIah berfirman: "Sesungguhnya Telah diperkenankan permohonan kamu berdua, sebab itu tetaplah kamu berdua pada jalan yang lurus dan janganlah sekali-kali kamu mengikuti jalan orang-orang yang tidak Mengetahui".
90.  Dan kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir'aun dan bala tentaranya, Karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir'aun itu Telah hampir tenggelam berkatalah dia: "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".

Yang dimaksud dengan ملأه adalah kaumnya Fir’aun bangsa Qibti dan orang-orang yang berada di atas millah dan agamanya, kemudian ayat yang berbunyi زينة وأموالاً في الحياة الدنيا ربنا ليضلوا عن سبيلك, maksudnya adalah perkara dunia yang memperdaya, sehingga orang yang  bodoh menganggap bahwasanya mereka berada dalam keredoan Allah SWT, akan tetapi harta, perhiasan, leluasaan dan kedudukan seluruhnya digunakan semata-mata untuk kepentingan dunia, bukan kepentingan agama, mereka telah terkena fitnah dunia, mereka telah sesat dan menyesatkan.

ربنا اطمس على أموالهم, Nabi Musa AS memohon kepada Allah untuk membinasakan harta benda mereka, ada juga yang mengatakan agar harta mereka dijadikan batu yang terukir. Muhammad bin Kaab berkata : ”Harta mereka seluruhnya menjadi batu”, واشدد على قلوبهم, terpatri dan tercap hatinya, { فلا يؤمنوا حتى يروا العذاب الأليم }, maka merekapun tetap tidak beriman sampai mereka melihat adzab yang pedih. Do’a ini dipanjatkan Nabi Musa AS mencerminkan kemarahannya karena Allah dan karena agamanya, ooleh karena itu Allah SWT mengabulkannya,
أجيبت دعوتكما فاستقيما ولا تتبعان سبيل الذين لا يعلمون } { قد



"Sesungguhnya Telah diperkenankan permohonan kamu berdua, sebab itu tetaplah kamu berdua pada jalan yang lurus dan janganlah sekali-kali kamu mengikuti jalan orang-orang yang tidak Mengetahui".